Khamis, 3 Julai 2014

10 Kesilapan Besar Seorang Isteri Lakukan Terhadap Suami




                                                                    Gambar hiasan

Rumah tangga adalah satu bentuk hubungan mesra di antara seorang lelaki dan wanita sebagai suami dan isteri dalam perjalanan menuju kebahagiaan dalam kehidupan dan untuk mendapatkan redha Allah.

Tetapi ramai yang tidak menyedari akan beberapa perkara yang merupakan satu kesilapan besar dilakukan oleh isteri terhadap suami mereka. Antara kesilapan tersebut adalah seperti berikut:

1. Menuntut keluarga yang ideal dan sempurna

Sebelum berkahwin, seorang wanita selalu membayangkan perkahwinannya yang begitu indah, kehidupan yang sangat romantis sebagaimana dibaca dalam novel atau ditonton dalam drama-drama tv.

Ia memiliki gambaran yang sangat ideal dari sebuah perkahwinan. Namun,perihal-perihal dalam perkahwinan yang sebenar seperti keletihan, penat, masalah kewangan dan segala masalah dalam alam perkahwinan dalam sesebuah keluarga lenyap dari mindanya. Mereka cuma membayangkan perkahwinan yang indah-indah sahaja.

Akhirnya, bila mereka menghadapi alam perkahwinan yang sebenar, mereka tidak bersedia. Tidak mampu menerima keadaan yang sebenar menyebabkan golongan isteri kerap kali menuntut agar suami membina keluarga yang ideal mengikut bayangan-bayangan yang mereka sentiasa impikan sejak muda.

Seorang wanita yang bakal berkahwin sebaik-baiknya melihat 'perkahwinan' itu dengan pemahaman yang penuh, bukannya sekerat sekerat yang mana mereka juga harus membayangkan masalah-masalah yang mungkin akan mereka hadapi.

2. Nusyuz (tidak taat kepada suami)

Nusyuz adalah sikap membangkang, tidak patuh dan tidak taat kepada suami. Wanita yang melakukan nusyuz adalah wanita yang melawan suami, melanggar perintahnya, tidak taat kepadanya, dan tidak redha pada kedudukan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah tetapkan untuknya.


Nusyuz memiliki beberapa bentuk, diantaranya adalah:
  • Menolak ajakan suami ketika mengajaknya ke tempat tidur, dengan terang-terangan maupun secara samar.
  • Mengkhianati suami, misalnya dengan menjalin hubungan gelap dengan pria lain.
  • Memasukkan seseorang yang tidak disenangi suami ke dalam rumah
  • Lalai dalam melayani suami
  • Mubazir dan menghambur-hamburkan uang pada yang bukan tempatnya
  • Menyakiti suami dengan tutur kata yang buruk, mencela, dan mengejeknya
  • Keluar rumah tanpa izin suami
  • Menyebarkan dan mencela rahsia-rahsia suami.
Seorang isteri shalihah akan senantiasa menempatkan ketaatan kepada suami di atas segala-galanya. Tentu saja bukan ketaatan dalam kedurhakaan kepada Allah, kerana tidak ada ketaatan dalam maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia akan taat kapan pun, dalam situasi apapun, senang maupun susah, lapang maupun sempit, suka ataupun duka.

Ketaatan isteri seperti ini sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan cinta dan memelihara kesetiaan suami.

3. Tidak menyukai keluarga suami

Terkadang seorang isteri menginginkan agar seluruh perhatian dan kasih sayang sang suami hanya tercurah pada dirinya. Tak boleh sedikit pun waktu dan perhatian diberikan kepada selainnya. Termasuk juga kepada orang tua suami.

Padahal, di satu sisi, suami harus berbakti dan memuliakan orang tuanya, terlebih ibunya. Salah satu bentuknya adalah cemburu terhadap ibu mertuanya.

Ia menganggap ibu mertua sebagai pesaing utama dalam mendapatkan cinta, perhatian, dan kasih sayang suami. Terkadang, sebagian isteri berani menghina dan melecehkan orang tua suami, bahkan ia tak jarang berusaha merayu suami untuk berbuat durhaka kepada orang tuanya.

Terkadang isteri sengaja mencari-cari kesalahan dan kelemahan orang tua dan keluarga suami, atau membesar-besarkan suatu masalah, bahkan tak segan untuk memfitnah keluarga suami. Ada juga seorang isteri yang menuntut suaminya agar lebih menyukai keluarga isteri, ia berusaha menjauhkan suami dari keluarganya dengan berbagai cara.

Ikatan pernikahan bukan hanya menyatukan dua insan dalam sebuah lembaga pernikahan, namun juga ‘pernikahan antar keluarga’. Kedua orang tua suami adalah orang tua isteri, keluarga suami adalah keluarga isteri, demikian sebaliknya. Menjalin hubungan baik dengan keluarga suami merupakan salah satu keharmonisan keluarga. Suami akan merasa tenang dan bahagia jika isterinya mampu memposisikan dirinya dalam kelurga suami. Hal ini akan menambah cinta dan kasih sayang suami.

4. Tidak menjaga penampilan

Terkadang, seorang isteri berhias, berdandan, dan mengenakan pakaian yang indah hanya ketika ia keluar rumah, ketika hendak bepergian, menghadiri undangan, ke kantor, mengunjungi saudara maupun teman-temannya, pergi ke tempat perbelanjaan, atau ketika ada acara lainnya di luar rumah.

Keadaan ini sungguh berbalik ketika ia di depan suaminya. Ia tidak peduli dengan tubuhnya yang kotor, cukup hanya mengenakan pakaian seadanya: terkadang kotor, lusuh, dan berbau, rambutnya kusut masai, ia juga hanya mencukupkan dengan aroma dapur yang menyengat.

Jika keadaan ini terus menerus dipelihara oleh isteri, jangan heran jika suami tidak betah di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar ketimbang di rumah. Semestinya, berhiasnya dia lebih ditujukan kepada suami Janganlah keindahan yang telah dianugerahkan oleh Allah diberikan kepada orang lain, padahal suami nya di rumah lebih berhak untuk itu.

5. Kurang berterima kasih

Tidak jarang, seorang suami tidak mampu memenuhi keinginan si isteri. Apa yang diberikan suami jauh dari apa yang ia harapkan. Ia tidak puas dengan apa yang diberikan suami, meskipun suaminya sudah berusaha secara maksimal untuk memenuhi keperluan keluarga dan keinginan-keinginan isterinya.

Isteri kurang bahkan tidak memiliki rasa terima kasih kepada suaminya. Ia tidak bersyukur atas kurnia Allah yang diberikan kepadanya suaminya. Ia senntiasa merasa sempit dan kekurangan. Sifat qona’ah dan ridho terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya sangat jauh dari dirinya.

Seorang isteri yang shalihah tentunya mampu memahami keterbatasan kemampuan suami. Ia tidak akan membebani suami dengan sesuatu yang tidak mampu dilakukan suami. Ia akan berterima kasih dan mensyukuri apa yang telah diberikan suami. Ia bersyukur atas nikmat yang dikurniakan Allah kepadanya, dengan bersyukur, insya Allah, nikmat Allah akan bertambah.

 “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.”
6. Mengingkari kebaikan suami
 “Wanita merupakan majoriti penduduk neraka.”

Demikian disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah shalat gerhana ketika terjadi gerhana matahari.

Ajaib !! Wanita sangat dimuliakan di mata Islam, bahkan seorang ibu memperoleh hak untuk dihormati tiga kali lebih besar dari si ayah. Sosok yang dimuliakan, namun malah menjadi penghuni majoriti neraka. Bagaimana ini terjadi?

“Kerana kekufuran mereka,” jawab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika para sabahat bertanya mengapa hal itu boleh terjadi. Apakah mereka mengingkari Allah?

Bukan, mereka tidak mengingkari Allah, tapi mereka mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah diperbuat suaminya. Andaikata seorang suami berbuat kebaikan sepanjang masa, kemudian seorang isteri melihat sesuatu yang tidak disenanginya dari seorang suami, maka si isteri akan mengatakan bahwa ia tidak melihat kebaikan sedikitpun dari suaminya. Demikian penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari (5197).

Mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan suami!!

Inilah penyebab banyaknya kaum wanita berada di dalam neraka. Mari kita lihat diri setiap kita, kita saling introspeksi (proses pengenalan diri), apa dan bagaimana yang telah kita lakukan kepada suami-suami kita?

Jika kita terbebas dari hal yang demikian, alhamdulillah. Itulah yang kita harapkan. Berita gembira untukmu wahai saudariku.

Namun jika tidak, kita (sering) mengingkari suami, mengingkari kebaikan-kebaikannya, maka berhati-hatilah dengan apa yang telah diingatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bertaubat, satu-satunya pilihan utuk terhindar dari pedihnya seksa neraka. Selama matahari belum terbit dari barat, masih ada waktu untuk bertobat. Tapi mengapa mesti menunggu? Mengapa mesti menunggu sakaratul maut?

Janganlah engkau katakan besok dan besok wahai saudariku; kejarlah ajalmu, bukankah engkau tidak tahu bila engkau akan menemui Robb mu?

“Tidaklah seorang isteri yang menyakiti suaminya di dunia, melainkan isterinya (di akhirat kelak): bidadari yang menjadi pasangan suaminya (berkata): “Jangan engkau menyakitinya, kelak kamu dimurkai Allah, seorang suami begimu hanyalah seorang tamu yang boleh segera berpisah dengan kamu menuju kami.” (HR. At Tirmidzi, hasan)

Wahai saudariku, mari kita lihat, apa yang telah kita lakukan selama ini, jangan pernah bosan dan henti untuk introspeksi diri, jangan sampai apa yang kita lakukan tanpa kita sadari membawa kita kepada neraka, yang kedahsyatannya tentu sudah Engkau ketahui.

Jika suatu saat, muncul sesuatu yang tidak kita sukai dari suami; janganlah kita mengingkari dan melupakan semua kebaikan yang telah suami kita lakukan.

“Maka lihatlah kedudukanmu di sisinya. Sesungguhnya suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR.Ahmad)


7. Mengungkit-ungkit kebaikan

Setiap orang tentunya memiliki kebaikan, tak terkecuali seorang isteri. Yang jadi masalah adalah jika seorang isteri menyebut kebaikan-kebaikannya di depan suami dalam rangka mengungkit-ungkit kebaikannya semata. 

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” [Al Baqarah: 264]

Abu Dzar radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Ada tiga kelompok manusia dimana Allah tidak akan berbicara dan tak akan memandang mereka pada hari kiamat. Dia tidak mensucikan mereka dan untuk mereka adzab yang pedih.”

Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya sebanyak tiga kali.” Lalu Abu Dzar bertanya, “Siapakah mereka yang rugi itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang menjulurkan kain sarungnya ke bawah mata kaki (isbal), orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya dan orang yang suka bersumpah palsu ketika menjual. ” [HR. Muslim]


8. Sibuk di luar rumah

Seorang isteri terkadang memiliki banyak kesibukan di luar rumah. Kesibukan ini tidak ada salahnya, asalkan mendapat izin suami dan tidak sampai mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya. Jangan sampai aktivitas tersebut melalaikan tanggung jawab nya sebagai seorang isteri. Jangan sampai amanah yang sudah dipikulnya diabaikan.

Ketika suami pulang dari mencari nafkah, ia mendapati rumah belum kemas, cucian masih berlonggokkan, hidangan belum siap, anak-anak belum mandi, dan lain sebagainya. Jika hal ini kerap berlaku, suami boleh jadi tidak selesa berada di rumah, dan dia lebih suka menghabiskan waktunya di luar di pejabat.

9. Cemburu buta

Cemburu merupakan tabiat wanita, ia merupakan suatu ekspresi cinta. Dalam batas-batas tertentu, dapat dikatakan wajar bila seorang isteri merasa cemburu dan memendam rasa curiga kepada suami yang jarang berada di rumah. Namun jika rasa cemburu ini berlebihan, melampaui batas, tidak mendasar, dan hanya berasal dari praduga; maka rasa cemburu ini dapat berubah menjadi cemburu yang tercela.

Cemburu yang disyariatkan adalah cemburunya isteri terhadap suami kerana kemaksiatan yang dilakukannya, misalnya: berzina, mengurangi hak-haknya, menzhaliminya, atau lebih mendahulukan isteri lain ketimbang dirinya. Jika terdapat tanda-tanda yang membenarkan hal ini, maka ini adalah cemburu yang terpuji. Jika hanya dugaan belaka tanpa fakta dan bukti, maka ini adalah cemburu yang tercela.

Jika kecurigaan isteri berlebihan, tidak berdasar pada fakta dan bukti, cemburu buta, hal ini tentunya akan mengundang kekesalan dan kejengkelan suami. Ia tidak akan pernah merasa selesa ketika berada di rumah. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, kejengkelannya akan dilampiaskan dengan cara melakukan apa yang disangkakan isteri kepada dirinya.

10. Kurang menjaga perasaan suami

Kepekaan suami mahu pun isteri terhadap perasaan pasangannya sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya konflik, kesalahpahaman, dan ketersinggungan.

Seorang isteri hendaknya senntiasa berhati-hati dalam setiap ucapan dan perbuatannya agar tidak menyakiti perasaan suami, ia mampu menjaga lisannya dari kebiasaan mencaci, berkata keras, dan mengkritik dengan cara memojokkan. Isteri selalu berusaha untuk menampakkan wajah yang ramah, menyenangkan, tidak bermuka masam, dan menyejukkan ketika dipandang suaminya.

Demikian beberapa kesalahan-kesalahan isteri yang terkadang dilakukan kepada suami yang seharusnya kita hindari agar suami semakin sayang pada setiap isteri. Semoga keluarga kita menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah.

ustaz azhar idrus-api dunia